Rabu, 24 Agustus 2016

Cerita Tentang Kita #4 : Nostalgia

NOSTALGIA


Menyibak masa tersimpan bernama kenangan. Lembar demi lembar sepia. Jejak terpatri di setapak berbatu dan berumput teki. Saat hanyut dalam harmoni bahasa ganjil dan tawa miris karena gemericik receh melubangi lambung berasam dan bergas. Kala lusuh berpeluh asin mencakar-cakar tenggorokan yang mengerang dan memelas.


Aku dan kalian. Melesat linear bak kilat demi sumpah. Menerobos noktah, sebelum selongsong menyentuh tanah.


Dimanja dawai dan tuts yang berlari beriringan dalam allegreto. Kita, berkilauan dalam gemerlap dansa dan baju pesta di taman gardenia. Bernostalgia.


2013

Minggu, 21 Agustus 2016

A Brief Story About Me

Let me tell a bit about myself.

I'm a kind of person who very expressive for what i think but not for what i feel. So, sometimes i draw to express my feeling. What kind of feeling i have when i draw? happy? excited? sad? angry? upset? or a combination of those feeling. Well, it's easier for me to draw than to explain the feeling behind the drawing. But, honestly inspiration is more often come from negative or combination feeling. 

Then, why don't i get mad or become destructive when i full of negative feeling?
I must admit that i'm just an ordinary human. But, i believe that life is about choices, and the choices we make become us. And i choose love than hatred. To created something valuable than to destroy people or something. I choose to live without regret. It ain't easy, but i love the way i am and the choices i've made ^_^ 
What about you? what kind of life you choose to live?

Ciseke Besar,
21 Agustus 2016
21.00 WIB

Cerita Tentang Kita #3 : Kita dan Bahagia


Setiap orang ingin bahagia dan berusaha mengejar kebahagiaan. Ya, kita semua seperti itu. Hanya saja sering kali kita tidak mengetahui apa sebenarnya yang diinginkan untuk menjadi bahagia. Apapun yang kita lakukan, setinggi apapun pencapaian, sebanyak apapun yang didapatkan, kebahagiaan tidak pernah kita rasakan.


Maka, bersyukurah mereka yang telah menemukan jalannya dan tidak pernah menyerah berjuang di jalan tersebut. Dan beruntunglah mereka yang mengerti bahwa "kebahagiaan tidak pernah pergi, kita lah yang terlalu sibuk berlari sehingga lupa untuk menepi"...

Semoga kita dapat masuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur dan beruntung itu.


Amiin....



Jatinangor,
20 Agustus 2016
18.00 WIB

Jumat, 03 Juni 2016

HENING

: pemuja SDD*

karena tak kutemukan kata paling sayang
kulepaskan angan melayang
karena tak kutemukan kata paling kasih
kubiarkan mimpi tersisih
karena tak kutemukan kata paling rindu
kuabaikan asa menggebu
karena tak kutemukan kata paling cinta
kusemayamkan semua dalam do'a


ada kala sayang meminta pengorbanan panjang
hingga membuat langit bersedu sedan

ada kala kasih menyanyikan senandung lirih
hingga membuat jazirah hanyut dalam pedih

ada kala rindu menaklukan langkah waktu
hingga membuat malam bersimpuh termangu

ada kala cinta melahirkan banyak tanya
hingga membuat semesta tunduk hanya pada-Nya

20-12-2010

*SDD = Sapardi Djoko Damono

Jumat, 06 Mei 2016

TENTANG SUNGAI

*
Sampai bertemu lagi
salam pamit pada hulu memohon restu
tujuan telah pasti ikuti siklus
lurus dan kelok namun terarah
berjalan tenang ataupun berlari kencang

Riak penenang jiwa luruhkan keheningan pinus
dingin menyapu warna kulit-kulit manusia
bebatuan menantang
namun tak menyurutkan langkah 

Bergerak turun perlahan mendewasa
meninggalkan kejernihan
daun-daun coklat pasrah melayang berputar-putar
buih-buih kecil muncul di permukaan yang lebih tenang
amis menguap menusuk indera
bening berganti coklat hingga pekat

Oi..hilir!
menyapa samudera bermuara
mengakhiri perjalanan beranjak berkondensasi
menanti waktu kembali ke pangkuan hulu


(*catatan perjalanan menuju kedewasaan)
Sayum Sabah 29/09/13

RUNTUHNYA PESONA BIDADARI

RUNTUHNYA PESONA BIDADARI 

Tiada kesempurnaan melainkan bidadari.
Karenanya mereka ditempatkan dalam surga berpagar duri,
agar terlindung dari setan yang menyeru-nyeru atraktif di balik pintu neraka
melalui silau gemerlap, dalam warna warni fatamorgana
membuta rasa
menginfeksi logika.

Mereka terpana,
terbujuk merengguk manisnya keharaman kuldi.
Tak ayal gaduh menyesak,
mencakar diam-diam,
perlahan-lahan,
di balik manipulasi tutur kata dan bahasa tubuh.

Surga pesakitan,
dipenuhi bidadari-bidadari mengelupas.
Terkutuk, tersungkur ke dalam kubangan papa.
Menuju setapak becek berlumpur
dan menatap sayu refleksi diri di sana.
Merekalah, zombie-zombie naif yang mati terselubung aroma hedonisme.


Devira, 2013

(telah dibukukan dalam antologi sastra "Bung, Akulah Medan" dengan judul yang berbeda)


Senin, 02 Mei 2016

PROSAIS : TENTANG ANGIN

TENTANG ANGIN

Pengembaraan tanpa akhir
jenuh memaksa menemukan labuh pembebasan jiwa

Melirik melewati randu-randu sombong ini
rigid pada atmosfer dan setia pada tanah, seperti biasa
tergelitik untuk mengusik kemonotonan gesture ranting dan dedaunan
perlahan merayu pucuk nun jauh dari permukaan
ia hanya bergerak pelan tanpa ekspresi
membuat kesal saja!

Melayang turun mencoba mencoleknya lebih rendah mendekati permukaan
sulit, batang-batang statis merentangkan tangan-tangan kokohnya seperti pasukan penjaga siaga menghalangi terpaan
fiuuh...energiku sedang tidak maksimal

Diam sejenak meramu strategi telak menunggu kewaspadaannya menurun
ia tak boleh unggul
tap tap tap
tiga helai hijau itu tertegun tanpa perlawanan melambaikan diri pada tempatnya menggantungkan hidup
melayang-layang di udara dan mengakhiri hidupnya di atas hamparan hijau lembab

Yeah! cukup untuk hari ini

Masih mengembara perlahan
menghembus santai menjauh dari pepohonan
mencari kesenangan di permukaan
hah..lagi-lagi pemandangan membosankan

Bagaimana bisa sungai begitu bodoh?
terus saja berlari mengejar titik yang sama
tak tergoyahkan sedikitpun oleh bongkahan-bongkahan tangguh
yang menggoda pada penyelewengan
dan bagaimana batu begitu bodoh?
rigid mengharap arus tak tergapai
iklas terinjak, terpanggang  tanpa perlindungan

Mereka butuh sedikit sensasi
menggetar hati tuk berkreasi
berinovasi dan merenovasi
aha...! saatnya beraksi

Devira
Sayum Sabah, 08/10/2013

RINDU

RINDU

tahukah engkau rupa rindu?
ialah bayang-bayang suram di bawah pelupuk mata
karena bulir-bulir telah mengkristal di sana

kerinduan,
seumpama jerit sahara yang lahirkan fatamorgana
seumpama cekam malam yang melolong dalam kelam
seumpama lorong-lorong hampa yang bergaung bergema
seumpama bilah-bilah katana yang menikam tajam
seumpama sengat antartika yang bekukan jiwa

wahai ruh yang menyelubung tiap inchi dermis
mencengkeram belulang
dan mengekang kenang
aku tenggelam dalam riak-riak darah dan air mata

Devira, 2014
(sudah terbit di antologi sastra "PROSA", 2015)

Minggu, 01 Mei 2016

KEPADA ENGKAU YANG MENCINTAI SUNYI


; filosofia dan melankolia

rangkaian larik di atas secarik sapa
adalah jejak-jejak aksara
bisu tertuju
kepada engkau yang mencintai sunyi

engkau,
yang menatap gerimis memanja tanah dan pelepah
masih terjaga dalam renung
menenun kesahajaan
mengekang jiwa-jiwa
menyembunyikan luka dan air mata

aku tak pernah paham sirat makna di sendu wajahmu
seperti apa renjana tersimpan dalam rona kelabu
ataukah nelangsa bersenda gurau di kenangan
menghitung mimpi
dalam makam-makam memori

aku tak pernah paham arti cercah di binar matamu
sebab mega terlanjur menyelubung malam
enggan mengijinkan pelita singgah
menyingkap senyum yang ranum
mengurai tawa yang berderai

aku telah letih dengan semua spekulasi dan asumsi

aku tak pernah belajar apapun
tentang kerinduan abadi rembulan pada surya
atau tentang kesabaran pelangi menunggu hujan berhenti

aku pun tak mengerti
tentang dendam api yang menjadikan segalanya bara
atau tentang kebencian masa yang menjadikan segalanya binasa

tapi lihatlah warna senja
ia jingga, dan bukan jelaga
selaksa dara mengepak sayap kebebasan
ke arah sana
menuju batas cakrawala
berkelompok
berformasi

adakala langit berelegi dalam gulungan hitam
seperti halnya debu yang menempel pada kaca
semua luruh menjadi sejarah

kepada engkau yang mencintai sunyi
gerimis sudah reda
dan perjalanan masih sangat panjang

Medan, 2014

(telah dibukukan dalam "PROSA" 2015 dengan sedikit perubahan)


CERPEN : CADDAL'S TOWN

CADDAL’S TOWN
Karya : Devira

Ini adalah kota Kadal. Kota ini dulunya dihuni oleh para kadal sejati dari seluruh dunia. Karena itu diberi nama seperti tersebut di atas. Namun, beberapa abad lalu, kota Kadal diserang oleh sekelompok geng Zombie yang telah bangkit dari kuburnya. Maka terjadilah peperangan dahsyat yang sekarang dikenal dengan peristiwa “ZOMBIES INVASION”. Dalam peperangan tersebut Zombies berhasil mengalahkan Kadals. So, kota Kadal yang terkenal di planet “LIZARDON” ini telah diambil alih oleh geng Zombies dan sekutunya, geng Mummy.
            Tidak berbeda dengan dunia manusia, para Zombie di kota kadal melakukan kegiatan-kegiatan rutin seperti bekerja dan sekolah.
            Hari ini adalah hari pertama bagi murid-murid baru tahun ajaran 200.000/200.001 (tahun kadal) untuk masuk sekolah. Ekadal Sarizombie atau yang biasa dipanggil dipanggil Eka adalah gadis dari kalangan Zombie. Sekarang ia menjadi murid baru di sebuah SMU Swasta yang elite dan terkenal di Caddal’s Town. SMU itu bernama SCHYZO MANIA (Sekolah Chusus mummY dan Zombie MANIA). Dan sama seperti di bumi, di planet Lizardon ini para murid baru harus melewati masa orientasi siswa (MOS). Hal ini dilakukan untuk memupuk mental para Zombies dan Mummies agar siap mental saat menakuti orang-orang di bumi. karena setelah lulus dari SMU ini, mereka akan ditugaskan ke bumi.
            “Adik-adik, kalo kalian mau jadi para Zombie dan mummy sejati, kalian harus mengikuti segala perintah kami,” kata seorang kakak MOS dari spesies Mummy saat sesi orientasi berlangsung di lapangan sekolah. “Sekarang kalian push-up 100 kali! Kakak kasih waktu 120 nimet (+/- 1,5menit waktu bumi).
            MOS yang dilakukan oleh para Zombie dan Mummy sama dengan latihan militer di bumi pada zaman penjajahan dulu. Status mereka disamakan, baik itu Mummy ataupun Zombie, laki-laki ataupun perempuan, semuanya sama.
            Eka termasuk zombe yang lemah. Oleh karena itu, ia hanya mampu melakukan push-up 98,5 kali dalam 120 nimet. Salah satu kakak MOS menghampirinya.
            “Kamu ini jadi Zombie gak berguna!!” kata kakak MOS itu. “Sekarang kamu ikut saya. Kita ke seksi siksa Zombie,” katanya lagi sambil menarik kuping Eka.
            Sesampainya di ruang siksa, kakak MOS tersebut kembali ke lapangan sekolah setelah menyerahkan Eka kepada koordinator seksi siksa yaitu Baimegui Vamp. Baimegui adalah spesies Vampire dari Vamp Planet. Karena ia adalah siswa terpintar di negerinya, maka ia terpilih untuk pertukaran pelajar ke Caddal’s Town.
            Baimegui terkenal sangat kejam dan sadis, dia tidak sungkan-sungkan menggigit jika ia sedang marah. Oleh karena itu ia dipilih menjadi Koordinator seksi siksa.
            “Nama?” tanya Baimegui pada Eka sambil memegang buku dan sebuah pulpen.
            “Nama saya kak?” Eka agak bingung.
            “Enggak, nama kakekmu! Ya nama kamu donk,” Baimegui menjitak kepala Eka dengan pulpen.
            “Kleptokadalia, kak,” jawab Eka.
            “Saya gak nanya nama kerenmu. Mataku belom rabun,” kata Baimegui dengan lantang sambil kembali menjitak kepala Eka. “Nama asli kamu siapa?” tanyanya dengan jutek.
            “Ekadal Sarizombie,” jawab Eka singkat.
            “Jelek amat,” Baimegui menuliskan nama Eka di bukunya. Ia tertegun sejenak, “Eh...namamu koq ada kadal-kadalnya? Apa kamu punya hubungan darah dengan kadal?” tanya Baimegui sambil memelintir-melintir rambutnya menggunakan pulpen.
            “Papi saya kadal, Mami saya Zombie. Dulu waktu sebelum pindah ke Caddal’s Town, saya tinggal di planet THE DEVIL. Mami saya kawin sama Papi saya di sana. Terus, mami sama papi cerai. Saya ikut mami pindah kemari.”
            “Oo...gitu.” Baimegui menanggapi dengan singkat. Ia masih memelintir rambutnya menggunakan pulpen. Matanya menerawang dan ekspresi wajahnya aneh menyeramkan seolah-olah jiwanya tidak berada di tempatnya. Vampire punya jiwa gak yah? Pikir Eka. Entah mengapa ia tidak begitu galak seperti dulu. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Baimegui. Bahkan siswa baru seperti dirinya pun mengetahui betapa sadisnya Baimegui.
            Tiba-tiba seorang kakak MOS kelas 2 masuk ke ruang seksi siksa. “Permisi kak.”
            “Apa?” kata Baimegui setengah menerawang.
            “Ada yang nyari.”
            “Siapa?” Baimegui masih asik dengan dunianya sendiri.
            “Katanya sih, namanya Erick.”
            “Ooo..hah? Erick?!” Baimegui terperanjat. Matanya jadi berbinar-binar membuat wajahnya tampak lebih mengerikan. Ternyata Erick yang disebut-sebut barusan adalah pacar baru Baimegui. Pantes aja Baimegui berkurang derajat kesadisannya. Erick adalah anak hasil perkawinan silang antara Vampire dan Mummy. Ia sekarang menjadi mahasiswa di Fakultas Sastra Iblis di Universitas Negeri Caddal.
            “Ayumy, tolong gantiin aku ya. Aku mau jalan dulu sama Erick. Daaaggh...!” Baimegui menyerahkan buku dan pulpennya pada Ayumummy Edhanee yang biasa dipanggil Ayumy. Ayumy tidak kalah sadisnya dengan Baimegui.
            “Jadi namamu Ekadal Sarizombie.” Ayumy membaca nama Eka di buku. “Umur?”
            “16 hunta (16 abad waktu bumi),” jawab Eka.
            “Lha...masih anak-anak toh.” Ayumy melanjutkan pertanyaannya. “Kenapa kamu dikirim kemari?” tanya Ayumy.
            “Saya gak bisa push-up 100 kali dalam 120 nimet,” jawab Eka.
            “Apa?! Cuma 100 x 120 nimet kamu gak bisa? Bikin malu SMU Schyzo Mania aja! Sekarang kamu dihukum gantung sambil dijepit pake jepitan jemuran selama 120 nimet. Terus kamu harus kerja rodi di toilet sekolah sampai kamu kuat untuk push up 100 kali dalam 120 nimet. Kalian berdua, bawa dia ke tempat penyiksaan!” perintah Ayumy pada para seksi siksa. Dan Eka pun dibawa ke tempat penyiksaan.
            Eka hanya bisa diam dan pasrah menghadapi siksaan yang akan ia terima. Ia ingat saat-saat ia berada di planet The Devil dulu. Di sana seluruh hantu sampai siluman hidup dalam damai. Mereka saling menghormati dan mengasihi satu sama lain. Tidak pernah ada penyiksaan ataupun orientasi untuk siswa baru. Karenanya, tingkat kriminalitas di sana sangat rendah.
            Saat berada di planet The Devil, Eka mempunyai 2 orang teman baik yaitu Devilra Anjelangkung yang merupakan blasteran manusia dan jelangkung, serta Pattywolf Smith yang berasal dari Wolfrin Palace. Eka sangat menyesal ikut maminya ke planet Lizardon dan berpisah dengan teman-temannya tersebut. namun, itulah takdir yang telah digariskan oleh Dewa Planet-Planet.
***
Itu adalah sekilas tentang Caddal’s Town, kota paling terkenal di planet Lizardon. Anda dapat mengikuti tour XVII ke planet Lizardon pada bulan Desember mendatang. Dapatkan tiketnya segera!!


FIN


CATATAN PENULIS :
cerpen ini aku tulis waktu kelas 2 SMA. didedikasikan untuk teman-teman SMA ; Eka Sariza, Ayu Ramadhani, Patien dan Erika Sarma. 
sebenarnya aku banyak nulis fiksi juga tentang teman-teman yang lain. tapi sayangnya udah ntah pada dimana tulisannya. maklumlah, jaman SMA ku dulu belum secanggih sekarang dimana tulisan tersimpan baik dalam file digital. yaa...dulu tulisan-tulisanku (dan teman-teman) ditulis di buku tulis. bukunya aku yang siapkan, teman-teman bebas menuangkan karyanya ataupun  berkomentar. hasilnya lumayan juga, 2 buku big boss berisi cerpen plus 2 notebook berisi puisi. semua karya original aku dan teman-teman. 

sayangnya, bukunya udah ntah pada dimana. ada yang berhasil aku ketik dan aku simpan filenya (salah satunya yang ini). yang lain belum sempat huhuuuu T_T
lucu juga ngebaca tulisan jaman alay itu. ternyata aku pernah alay jugak haahahhahaaa

iuuuuhh kangen masa-masa SMA lah....apa kabar semua di sana? --> efek abis nonton AADC2 

MASIH BERKUTAT DALAM KONTEMPLASI

MASIH BERKUTAT DALAM KONTEMPLASI

ingin kutuliskan puisi tentang rindu
namun tak seremahpun tertabur, semua lebur, kabur
sedang langit tak kunjung mengusap mendung
benak masih saja menari-nari
dalam spekulasi dan kontemplasi
detak detak itu berkeliaran di denyut jantung
tetiba teringat bau basah tanah kelahiranku
sendalu yang malu-malu dan daun yang berembun
wajah lelaki-lelakiku
si rambut ikal dan pusara biru

duhai langit...aku masih di sini...menemanimu dari  kejauhan
seperti biasanya
sungguh aku jenuh dengan bahasa malam
karena aku telah lama khatam mengkaji kitab bintang-bintang
sementara rembulan yang pucat itu terkadang menghilang
dan hujan tampaknya telah bosan bersedu sedan

maka ajarkan aku senandung fajar, sayangku
hingga pelan-pelan kabut jingga terjaga
menyambut gradasi biru berhias awan-awan




Devira, 01 Mei 2016


@Gusto Cafe n Resto, Ciseke

Senin, 14 Maret 2016

PUISI : KITA DAN SIBAYAK (catatan perjalanan OTR Labsas)

KITA DAN SIBAYAK

Langkah-langkah pelan di gelap dini hari
Jejak-jejak kita tabur di jalan menanjak terjal
Hingga setapak berbatu
Jalan mendaki dan berliku
Dingin berangin
Tiada peluh menyuluh

Dan masih,
Rindu yang menggantung di sana
Terukir lewat syair2 yang tersusun berirama
Lewat napas yang menderu
Menjadi saksi perjalanan panjang

Aku dan kalian adalah kita
Visi dan rasa adalah semangat
Ialah cinta yang bernama cita
Yang membawa kita tiba
Hingga Sibayak bertekuk di bawah kaki kita


Devira, Maret 2015
(catatan perjalanan komunitas Laboratorium Sastra, Parapat-Sibayak)







PUISI BUAT IBU


: jmrt6203

Seharian ini langit bermega

Sesekali gerimis menangis

Mungkin aku tak pernah paham ramalan alam

Pun rinai enggan membisikkan jawaban

Namun aku selalu ingat di malam paling pekat itu, di ujung lorong mimpi

Selaksa kupu-kupu berdansa dalam allegretto di antara jasmin, rosa dan salvia

Menebar sari bersama sendalu mmelewati anak-anak sungai

Tempat itu pasti ada!

Jadi jangan menangis lagi, Ibu

Desember punya kita

Biar saja senja berjelaga


Devira, 22 Desember 2014


(Sudah diterbitkan dalam Rebana Analisa Minggu, 24 Mei 2015)


MEMBACA PAGI


MEMBACA PAGI

di celah nyanyian daun-daun dan udara basah
pagi tak pernah hening pun tak pernah bergeming
tarian embun gemulai perlahan jatuh ke haribaan
melebur resah tanah basah
kicau burung yang bukan sekedar meracau
ialah kegembiraan sambutan selamat datang pada fajar
senyum-senyum yang terkulum ranum
cercah-cercah yang mengintip di celah-celah gundah
menjemput asa

DEVIRA
Taman Budaya, 2014
(Sudah dibukukan dalam antologi sastra "PROSA", Medan, 2015)






Minggu, 06 Maret 2016

PUISI BERGEMBIRA KARENA DAN UNTUKMU, PENYAIR

PUISI BERGEMBIRA KARENA DAN UNTUKMU, PENYAIR
: Prof. DAM



demi darah yang mengalir di urat nadi
dan ilmu yang engkau amanatkan
puisi tetap di sini, tak pernah pergi
menemani dan menjaga jiwa-jiwa bersahaja dari hampa dan lara
kadang ia tertawa bersama awan
bersenda gurau bersama angin
bertafakur di tengah malam
bernyanyi di tengah hujan
ia bukan pendusta
pun bukanlah fasik

Dan lihatlah,
Liuk Pedestrian di atas Batang Hari
juga detak Gentala Arasy di jantung kota
Bersuka cita di hari lahir Penyairnya

Oiih Guru...
56 syair tak akan cukup menjabar dedikasimu
56 garis senja tak akan cukup mengurai bijaksanamu
56 kitab tak akan cukup menyalin nasehatmu
56 simpul senyum tak akan cukup mengungkap rendah hatimu

Semoga Pemilik Keindahan dan Kehidupan
Selalu memberikan pancaran cahaya di tiap larik goresan penamu
Menjadikannya penghapus pekat dengan aksara
Pengasah akal dengan logika bahasa
Pengolah rasa  dengan rima dan irama 
Pemandu langkah dan perilaku
Pembeda dari fatamorgana dan bayang-bayang 

Semoga kasih-Nya senantiasa menyertai
Amin.

Devira
Medan, 03 Juli 2015

*Puisi ini dirangkai teruntuk guru sastraku, Prof. Dr. Sudaryono, pada peringatan hari lahirnya ke 56. Beliau merupakan seorang guru besar dari Universitas Jambi




KEPADA LANGIT

: Langit

Jemu yang meramu anak-anak rindu dalam semu

Tikai tanpa perisai
Seringai-seringai penetak damai

Duhai langit,
Aku masih di sini
menemanimu dari kejauhan
Di beranda, dalam terjaga
aku menelaah aksara Nyanyian Kafilah
Melukis frasa dan birama
mengisi ketiadaan cirrus dan kebisuan cumulus

Devira, 23052015




shortwriting : Sunset


Mentari jingga berjalan menuju kaki langit.

Melukis samudera dengan cahaya lembutnya, kemudian membias pada wajah para pencinta.
Senja, pelan-pelan menghilang dari pandangan dan berganti malam. 
Sunset at the west
Februari, 2015

Senja sering dimaknai sebagai masa menuju akhir, usia yang sudah lanjut atau pintu perpisahan, seolah-olah menggambarkan kedukaan mendalam.
Tapi tahukah engkau, senja itu jingga bukan jelaga. Ia memberikan nuansa sendu nan romantis dan masa menuju akhir yang tenang, bukan nuansa kelam yang penuh nestapa. Oleh karena itu, senja sering menjadi tema dalam syair atau puisi. Para pemuja senja bukan hanya dari kalangan penyair atau sastrawan saja, melainkan juga orang awam dari berbagai usia, status sosial ekonomi, jenis kelamin, latar belakang keluarga dan lainnya.
Itulah salah satu bukti betapa Tuhan Maha Adil dan Maha Kasih. Ia ciptakan langit begitu indah yang dapat dinikmati siapa saja. Hanya dengan memandangnya saja hati manusia menjadi tenang oleh rasa syukur.



shortwriting by Devira

2015

RESENSI BUKU SASTRA : Rendezvous

Mmmm...di bawah ini resensi buku yang pertama kali aku buat untuk perlombaan. Alhamdulillah menang dan sudah masuk dalam buku antologi resensi. Yang ngadain lomba adalah salah seorang guru sastraku, seorang guru besar dari Universitas Jambi. Yah, gitu lah....gak pinter basa basi akunya :D
oia, waktu buku ini terbit, aku lagi suka-sukanya sama warna Maroon. Timingnya passs...



Judul              : Rendezvous di Muara Kasih
Jenis Buku     : Antologi Puisi
Pengarang      : Dimas Arika Mihardja (DAM), Rahma Bachmid (RB), Yosy Kasih Azalia (YKA)
ISBN               : 978-602-1048-07-8
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Januari 2015
Tebal              : i - xvi + 188 Halaman
Penerbit          : Bengkel Publisher


(AJARI AKU, DAM & YKA, halaman 175)
Ajari aku mengenal malam, agar mesra dengan rembulan
Ajari aku mengerti suara hati, kelopak bunga resah, bibir pasrah
Ajari aku aksara, akan kueja c-i-n-t-a, merangkai berjuta kisah pesona, menikmati tiap inci sabdanya, demi sebuah kesucian rasa
Ajari aku makna setia, menyatukan puzzle berserak, burai oleh kejujuran retak, mampukah utuh? Tidak! Dan kalaupun bisa, hanya bak lukisan bulan merah
Ajari aku menghapus rindu, membuat segalaku terkujur pasi, hidup segan mati tak sudi, abadi dalam kehampaan hati, mati suri

Dam feat Ys, 2014

Buku ini berisi pemikiran dan perasaan penyair mengenai kasih kepada sesama manusia, diri sendiri dan Tuhan. Tentu ada alasan mengapa Rendezvous di Muara Kasih dipilih menjadi judul buku ini. Rendezvous (baca : randevu) berarti pertemuan atau tempat berkumpul. Muara merupakan tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau, atau sungai lain; sungai yg dekat dng laut. Kasih adalah perasaan cinta/sayang/suka kepada objek kasih. Muara kasih jika kita gabungkan menjadi satu frase bisa bermakna tempat berakhirnya pencarian terhadap objek kasih menjadi sesuatu yang lebih luas dan mendalam. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa buku ini bercerita tentang pertemuan dimana dalam pertemuan tersebut orang-orang yang terlibat di dalamnya membahas mengenai kasih dan kemudian berbagi kasih kepada orang banyak.

Puisi “Ajari Aku” mencoba merangkum unsur-unsur di dalam kasih. “Ajari aku” bukan hanya menjadi judul puisi tersebut melainkan secara repetitif disebutkan di setiap awal kalimat. Ini menggambarkan bahwa meskipun kasih telah ada dalam tiap-tiap individu, tetap saja perilaku mengasihi perlu dipelajari melalui proses. Mulai dari “mengenal”, “mengerti suara hati”, “mengeja cinta”, belajar “makna setia”, hingga “menghapus rindu” dan tidak menutup kemungkinan ada proses yang lain.

Kasih dapat diibaratkan sungai. Mengalir dari hulu sebagai mineral murni menuju hilir dengan melewati proses panjang, berliku, bercabang bahkan mengalami kontaminasi dari berbagai sumber baik yang alami maupun buatan. Setelah perjalanan panjang tersebut sungai pun bermuara di lautan/danau, berkumpul bersama aliran sungai yang lain. Rendezvous. Berkumpul sambil menunggu waktunya berkondensasi menjadi awan hujan dan kembali ke hulu. Seperti itulah saya memahami judul antologi puisi ini. Bahwa kasih adalah seperti sungai, murni berasal dari Sang Maha Kasih. Kasih itu mengalir sesuai dengan ceruk menuju tujuannya. Dalam perjalanannya, kasih akan diuji dengan waktu, jarak, konflik, dan mungkin perpisahan. Berangsur-angsur memudar kejernihannya namun dengan begitulah ia akan mendewasa dan menjadi kuat. Walau begitu, ia tetap mengalir, tetap mengikuti alurnya yaitu batasan-batasan yang menjaga kasih itu tetap pada tujuannya. Pada ujung perjalanannya, kasih pun bermuara ke tempat berkumpulnya para pejuang kasih, yaitu mereka yang juga telah melewati tempaan dan ujian. Tempat yang luas dan dalam. Membaur dan berbagi hingga tiba waktunya mereka menyebar kasih ke muka bumi dan mengembalikan segala kasih kepada Pemiliknya, tempat asal kasih yang murni.

(SAAT KEJADIAN, DAM, halaman 53)
Saat kejadian;
Adam sendiri di bawah pohon kuldi
Jakunnya naikturun sendiri
Mengunyah sepi
Lalu “Kun”
Hawa menemani
Merajut kesetiaan purbani
KUN
Monyetmonyet bergelantungan di dahan
Berkembang biak melahirkan darwin
Mereka berkawan dan kawin
Lahirlah evolusi sejarah
Menghilangnya ekor demi ekor
Melupa dalil dan dogma
:
Ada cinta di mesjid
Ada sapa di gereja
Ada makna di vihara
Ada kata di pundipundi
Jadilah puisi
Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 2010-2014

Bukan hal yang mudah untuk memiliki kasih. Orang-orang bisa dengan mudah berucap kasih namun pada prakteknya tak sembarang orang mampu memikul tanggung jawab dari kasih itu sendiri. Kasih tak hanya penerimaan, kasih adalah tanggung jawab. Jika berbicara tentang kasih yang sesungguhnya kita sedang berbicara tentang komitmen. Oleh sebab itu, hanya orang dewasa dan kuat lah yang diamanatkan untuk memilikinya. Bukan kasih apabila dibarengi dengan kata “karena” kecuali nama Tuhan yang mengikutinya.

(MELEWATI, RB, halaman 66)
Senja tak pernah menungguku
dia pergi tanpa kusapa : sepi menari
sendiri
Tak perlu kumenunggu senja
gerbong-gerbong kereta
melewati rel-rel : sepi
sendiri
Nopember, 2014

Puisi singkat di atas menceritakan kehampaan dan penderitaan hati seorang manusia yang tak memiliki tempat melabuhkan kasih, sehingga ia hidup dalam sepi sampai ujung usianya. Sementara “gerbong-gerbong kereta” terus lalu lalang melewatinya, ia tetap sendiri dalam sepi. Betapa hidup sendiri adalah menentang kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang butuh memberi dan menerima kasih.

Kasih merupakan topik yang tak pernah bosan-bosannya dibahas. Beberapa orang menganggap kasih sebaiknya disimpan di dalam hati, menjadikannya tetap suci dengan hanya kita dan Tuhan yang tahu. Mungkin hal ini ada benarnya dengan mengacu pada kemurnian kasih tersebut. Kasih berasal dari Tuhan dan akan kembali pada-Nya. Perasaan apapun bentuknya merupakan anugerah. Perasaan tak seharusnya dibiarkan berserak dan berceceran sehingga menjadikannya murah dan kotor.

Puisi adalah media kreatif untuk menuangkan perasaan individu. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Melalui metafora dan pemilihan diksi yang tepat, perasaan manusia menjadi indah, bernilai tinggi dan tetap suci walau telah di-publish dan menjadi milik pembaca. Secara psikologis, puisi merupakan media katarsis dimana penyair memperoleh kelegaan jiwa setelah merampungkan tulisannya. Dengan begitu, penyair dapat terhindar dari masalah psikologis akibat perasaan yang lama terpendam. Ya, perasaan apabila tidak disalurkan dapat menjadi penyakit. Dengan kata lain, puisi merupakan media mengungkapkan perasaan manusia yang tidak hanya menjadikan perasaan manusia “mahal” namun juga punya efek menyehatkan.

Buku ini merupakan antologi (kumpulan) puisi tiga orang penyair dari latar belakang yang berbeda-beda yang pada akhirnya dipertemukan oleh puisi. Yosy Kasih Azalia (YKA), seorang ibu rumah tangga yang menyukai dunia puisi dan telah banyak menghasilkan karya yang terangkum dalam dua buku puisi. Selain itu, ibu dua anak ini memiliki blog pribadi yang penuh dengan puisi bertema cinta. Dunia maya telah menjadi sahabat karibnya dalam mengisi hari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pada antologi ini, YKA banyak mengusung tema rindu. Melalui puisi-puisinya, ia membawa para pembaca memahami kemurnian perasaannya dan betapa sensitifnya hati seorang perempuan. Beberapa puisinya dalam buku ini memiliki kekayaan diksi dan makna yang mendalam mengenai cinta, rindu, penantian dan ketabahan seorang perempuan juga seorang hamba Tuhan.

(KISAH KASIH, YKA, hal 178)
Sepiku(l) sepi(sau) sepi nian atmaku mencumbui bebayang mimpi
Memikul beban, sendiri meraba sunyi
Hampaku selengang nian menikam nyeri menelan keinginan
Menanti hujan bersenggama gersang hati
Bekuku, sepucat rendaman salju halwaku sendiri tertidur dalam
Gigil lena memilin imajinasi terjerit puas sececap pejam netra
Ah, gairah nan malang setengah pasang setengah surut lepas
Tangkap naluriku melunjak tersadar lelah dipermainkan ombak
YsJambi, 240914

(PELANA DUNIA, YKA, hal 168)
Doa-doaku saling memekik berebut tinta
Katanya; mereka ingin memuisikan apa yang ada di rerongga dada;
Nama-Mu, Tuhan
Kala mentari pagi kian rekah, apapun tak ada yang kuketahui tentang takdir, selain menyambut hari dengan pasrah dan mencintai-Mu, tanpa lelah
Di lingkar langit lazuardi, kutulis gurat-gurat doa yang ditadaruskan pagi, pun mentari ikut-ikut menuntaskannya
dengan senyum asa penuh arti
Kepada doaku, anak camar berbisik; di pelana dunia yang hingar nan hambar ini
Kau harus belajar sabar, doaku mengangguk pasrah. tabah. rebah.
Yskasih, 011014

Rahma Bachmid (RB) telah menjadi seorang single parent dari tiga orang putri sejak sepuluh tahun yang lalu. Perempuan yang akrab dipanggil Ra ini menilai sastra sebagai dunia yang hangat  dan bersahabat. RB telah mulai berkarya sejak SMP dengan menulis puisi dan mengirimkannya ke media massa. Beberapa karyanya telah terbit di koran daerah dan majalah. Pada buku ini, RB dengan syahdu mengungkapkan perasaannya melalui puisi-puisi yang mencerminkan kerasnya hidup yang dialaminya. Puisi-puisinya bernuansa sendu dan banyak menggambarkan tentang perjuangan hidup, kerinduan, kehilangan, harapan hingga kepasrahan kepada Sang Pencipta. Beberapa puisi RB di dalam buku ini merupakan puisi singkat namun tetap mampu merepresentasikan kehidupan seorang RB.

(Kemelut Kehidupan, RB, hal 76)
Kuajak seisi semesta berbaring,
Ladang masing mengering
Badai datang menerjang
Oktober, 2014

 (Kekasih, RB, hal 92)
Suaraku tertahan di sebatang ranting yang kering
Menusuki jemari-jemariku yang kaku menggigil
Muara kasihku tertinggal di tulang yang pecah berbaring
Kekasih, ke mana tulang rusukmu, di sandaranku yang patah
Memujamu, berlalu menerpa dahan-dahanku yang basah
Nopember, 2014

(Hujan Belum Juga Pergi, RB, hal 93)
Hujan tak kan pernah pergi
Ia masih di sini setia
Mencumbu debu-debu, menguap basah di tanah-tanah kering yang bisu
Meneriakkan kegundahan dalam dingin berembun
Setia menemani dini hari yang sepi
Hujan belum juga pergi
Masih setia menunggu
Hujan dan hujan lagi
Masih setia menemani
 Nopember, 2014

 (Mencari, RB, hal 100)
Sayatan ini mengelupas nadiku, kutahu kamu ada tuhan
Benturan ini memanggang perutku, kutahu kamu ada tuhan
Tumpukan-tumpukan menjerat menggunung, kutahu kamu ada tuhan
Semua jelas penglihatan-Mu,
Dan penglihatanku buta
Mencari ke mana-mana
2014

Terakhir, penyair utama dalam antologi ini adalah Dimas Arika Mihardja (DAM). Pemilik nama asli Sudaryono ini adalah seorang penyair, akademisi dan penyuka budaya yang berdomisili di Jambi. Hasil karya beliau meliputi puisi, cerpen, novel, esai, kritik sastra dan kajian sastra. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan di media massa lokal dan di antologi tunggal maupun antologi bersama nasional maupun internasional, sejak tahun 1980-an hingga sekarang. Sebagai seorang Guru Besar, Prof. DAM (begitu panggilan akrabnya) tidak hanya menjadi dosen di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Jambi, namun juga aktif berkarya dan mengajar di ranah informal. Puisi 2koma7 dan Taman Puisi dan Laman Bunga Hati adalah tempatnya berkarya dan mengajar di media sosial. Selain itu, ada pula Bengkel Puisi Swadaya Mandiri (BPSM) yang merupakan sebuah sanggar penulisan puisi kreatif yang beliau dirikan dan masih aktif hingga sekarang. BPSM secara langsung atau tidak langsung memfasilitasi dunia literasi demi kemajuan dunia perpuisian di Indonesia, termasuk ke kancah manca negara. Beliau paham betul betapa gelar kehormatan yang disematkan di depan namanya tersebut tak lain adalah tanggung jawab yang luar biasa besar bagi bidang pendidikan. Konsistensinya dalam berkarya merupakan bukti kasihnya pada dunia pendidikan dan kepenulisan. Meski telah melampaui usia setengah abad dan memperoleh gelar tertinggi dalam dunia pendidikan formal, beliau menegaskan bahwa dirinya masih tetap belajar. Beliau yakin bahwa pada hakikatnya belajar adalah seumur hidup. Kerendahan hati seorang Prof. DAM inilah yang membuatnya dikasihi oleh mahasiswa-mahasiswanya dan orang-orang yang mengenalnya (baik secara personal maupun melalui karya-karyanya). Saya selalu mengingat nasehat yang beliau katakan ketika berdialog di media sosial bahwa walaupun teori tidak selalu sejalan dengan praktek, kita tetap harus berpegang teguh pada keyakinan agama, pengetahuan moral dan etika. Dengan begitu kita bisa membentengi diri dari pengaruh buruk perkembangan zaman. Beliau juga menegaskan bahwa ilmu itu sebagai pemandu langkah dan perilaku.

Sesuai dengan judulnya, Rendezvous di Muara Kasih, saya yakin buku ini dapat menjadi tempat berkumpulnya orang-orang terpilih yang dianugerahkan kasih oleh Sang Maha Kasih yang mampu menyebar kasih ke seluruh dunia.



Bandung, April 2015
(Memenangkan lomba resensi yang diadakan oleh penulis buku dan dibukukan dalam (R)ESENSI SASTRA, 2015)