Minggu, 01 Mei 2016

KEPADA ENGKAU YANG MENCINTAI SUNYI


; filosofia dan melankolia

rangkaian larik di atas secarik sapa
adalah jejak-jejak aksara
bisu tertuju
kepada engkau yang mencintai sunyi

engkau,
yang menatap gerimis memanja tanah dan pelepah
masih terjaga dalam renung
menenun kesahajaan
mengekang jiwa-jiwa
menyembunyikan luka dan air mata

aku tak pernah paham sirat makna di sendu wajahmu
seperti apa renjana tersimpan dalam rona kelabu
ataukah nelangsa bersenda gurau di kenangan
menghitung mimpi
dalam makam-makam memori

aku tak pernah paham arti cercah di binar matamu
sebab mega terlanjur menyelubung malam
enggan mengijinkan pelita singgah
menyingkap senyum yang ranum
mengurai tawa yang berderai

aku telah letih dengan semua spekulasi dan asumsi

aku tak pernah belajar apapun
tentang kerinduan abadi rembulan pada surya
atau tentang kesabaran pelangi menunggu hujan berhenti

aku pun tak mengerti
tentang dendam api yang menjadikan segalanya bara
atau tentang kebencian masa yang menjadikan segalanya binasa

tapi lihatlah warna senja
ia jingga, dan bukan jelaga
selaksa dara mengepak sayap kebebasan
ke arah sana
menuju batas cakrawala
berkelompok
berformasi

adakala langit berelegi dalam gulungan hitam
seperti halnya debu yang menempel pada kaca
semua luruh menjadi sejarah

kepada engkau yang mencintai sunyi
gerimis sudah reda
dan perjalanan masih sangat panjang

Medan, 2014

(telah dibukukan dalam "PROSA" 2015 dengan sedikit perubahan)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar