; filosofia dan melankolia
rangkaian larik di atas secarik sapa
adalah jejak-jejak aksara
bisu tertuju
kepada engkau yang mencintai sunyi
engkau,
yang menatap gerimis memanja tanah dan
pelepah
masih terjaga dalam renung
menenun kesahajaan
mengekang jiwa-jiwa
menyembunyikan luka dan air mata
aku tak pernah paham sirat makna di sendu
wajahmu
seperti apa renjana tersimpan dalam rona kelabu
ataukah nelangsa bersenda gurau di
kenangan
menghitung mimpi
dalam makam-makam memori
aku tak pernah paham arti cercah di binar
matamu
sebab mega terlanjur menyelubung malam
enggan mengijinkan pelita singgah
menyingkap senyum yang ranum
mengurai tawa yang berderai
aku telah letih dengan semua spekulasi dan asumsi
aku tak pernah belajar apapun
tentang kerinduan abadi rembulan pada surya
atau tentang kesabaran pelangi menunggu
hujan berhenti
aku pun tak mengerti
tentang dendam api yang menjadikan
segalanya bara
atau tentang kebencian masa yang menjadikan
segalanya binasa
tapi lihatlah warna senja
ia jingga, dan bukan jelaga
selaksa dara mengepak sayap kebebasan
ke arah sana
menuju batas cakrawala
berkelompok
berformasi
adakala langit berelegi dalam gulungan
hitam
seperti halnya debu yang menempel pada kaca
semua luruh menjadi sejarah
kepada engkau yang mencintai sunyi
gerimis sudah reda
dan perjalanan masih sangat panjang
Medan,
2014
(telah dibukukan dalam "PROSA" 2015 dengan sedikit perubahan)
(telah dibukukan dalam "PROSA" 2015 dengan sedikit perubahan)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar