Senin, 17 Juni 2019

NASRUDDIN HOJA DAN KELEDAINYA (2)


NASRUDDIN HOJA DAN KELEDAINYA (2)
.
.
Nasrudin Hoja terkenal dimana-mana. Bahkan banyak negara mengaku sebagai asal Nasrudin. Saking terkenalnya, patung Nasrudin pun dibuat di Bukhara. Karena Nasrudin tidak bisa dipisahkan dari keledainya, pembuat patung rela mengeluarkan biaya lebih besar untuk membuat patung keledainya juga.

Selain dikenal sebagai filsuf yang jenaka, Nasruddin Hoja juga merupakan seorang yang banyak akal dan optimis.

Pernah suatu ketika ia dipanggil rajanya. Raja memintanya mengajari keledai membaca. Jika Nasruddin berhasil, raja akan memberinya hadiah yang besar. Namun jika ia gagal, maka ia akan dihukum.

Nasruddin meminta waktu tiga bulan dan biaya untuk keperluan melatih keledai membaca. Tiga bulan kemudian, Nasruddin kembali ke istana dan menghadap raja. Di sana raja sudah menyiapkan sebuah buku besar yang akan dibaca oleh keledai. Nasruddin pun menuntun keledainya ke arah buku tersebut. Si kedelai memandang buku tersebut, lalu mulai membuka lembar demi lembar.

Melihat hal tersebut sang raja pun takjub. Namun terbersit pula rasa curiga, bagaimana mungkin seekor keledai bisa membaca buku? Raja pun bertanya pada Nasruddin bagaimana caranya ia mengajari keledai membaca. Nasruddin bercerita bahwa setiap hari ia meletakkan lembaran-lembaran besar mirip buku dihadapan keledainya. Di setiap lembar buku tersebut ia sisipkan biji-biji gandum. Akhirnya keledai terbiasa membalikkan lembaran-lembaran tersebut demi mendapatkan biji gandum untuk dimakan.

Mendengar jawaban Nasruddin raja tersadar, berarti keledai itu hanya membalik setiap lembar buku dan bukan membacanya. Raja protes dan marah pada Nasruddin. Kemudian dengan percaya diri, Nasruddin menjelaskan,

“Memang demikian cara keledai membaca, Tuan Raja. Hanya membalik-balik halaman buku, tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka buku-buku tanpa mengerti isinya, bukankah kita bisa disebut setolol keledai?"

Raja tertegun mendengar jawaban Nasruddin Hoja. Seketika itu pula amarah raja berubah menjadi tawa terpingkal-pingkal.

Mengajari keledai membaca adalah hal yang mustahil menurut akal. Namun Nasruddin tidak kehabisan akal. Dia yakin mampu menyelesaikan tantangan yang diberikan padanya. Bahkan ia juga mampu mengajarkan raja suatu hikmah.
.
.
Semoga bermanfaat
Devira
16 Juni 2019

NASRUDDIN HOJA DAN KELEDAINYA (1)



NASRUDDIN HOJA DAN KELEDAINYA
(Kita tak Bisa Menyenangkan Semua Orang)
.
.
Saya yakin Anda sudah mengetahui tentang kisah ini. Namun, banyak dari kita (termasuk saya) tidak ''ngeh'' bahwa cerita itu bersumber dari seorang tokoh Muslim bernama Nasruddin Hoja.

Nasruddin Hoja berasal dari Turki yang hidup pada abad 13. Ia adalah seorang filsuf yang terkenal dari kisah-kisah dan anekdotnya yang lucu. Tak sekadar mengundang tawa, leluconnya juga penuh makna filosofis dan memicu orang untuk berpikir.

Salah satu kisah jenakanya yang terkenal adalah kisah tentang Hoja dan keledainya.

Suatu ketika Nasruddin dan anaknya pergi ke pasar dengan menuntun keledai kesayangannya. Belum cukup jauh keduanya berjalan, terdengar bisikan orang-orang yang tengah melihat mereka.

"Hei, lihat bapak dan anak yang menuntun keledainya itu. Bodoh sekali mereka, masak keledai dituntun? Bukankah mereka bisa menaiki keledai tersebut agar tidak lelah?"

Mendengar cemoohan itu, Nasrudin dan anaknya memutuskan menaiki keledai tersebut. Mereka pun melanjutkan perjalanan naik keledai. Tak lama kemudian, mereka kembali mendengar cemoohan orang-orang di sekitar mereka.

"Benar-benar keterlaluan mereka berdua itu, keledai yang badannya lebih kecil dari kuda dinaiki dua orang berbadan tegap. Kasihan keledai itu. Seharusnya cukup satu orang saja yang menaikinya".

Mendengar hal tersebut, Nasrudin kemudian memutuskan turun dan membiarkan anaknya seorang menaiki keledai itu. Nasrudin berjalan di dekat keledai dan menuntun keledai itu dengan memegangi tali pengikatnya. Sementara anaknya duduk di punggung keledai. Di jalan ada lagi orang-orang yang mencemooh.

"Benar-benar kurang ajar, masak dia enak-enak naik keledai sedangkan bapaknya disuruh jalan menuntun keledai?" demikian kata orang-orang tersebut.

Si anak pun turun dan meminta bapaknya (Nasrudin) untuk naik keledai. Perjalanan pun berlanjut. Ternyata tetap saja ada orang-orang yang mencemooh,

"Hai kawan-kawan, lihatlah bapak yang tidak tahu malu, sementara dia naik keledai anaknya disuruh menuntun keledai."

Mendengarnya, si anak lalu bertanya kepada Nasrudin, "Apa yang harus kita lakukan?"

Seketika, Nasrudin meminta anaknya membantu menggendong keledai tersebut. Perjalanan ke pasar kembali dilanjutkan. Namun sayangnya, cemoohan masih saja ada. Kali ini mereka malah ditertawakan.

"Hahaha, lihatlah bapak dan anak yang bodoh itu, masa keledai digendong. Harusnya kan dinaiki atau dituntun."

Nasrudin lalu berpesan kepada anaknya agar tidak mencukur bulu ekor keledai di hadapan orang lain.
"Beberapa orang akan berkata kamu memotongnya terlalu banyak, sementara yang lain berkata kamu memotongnya terlalu sedikit. Jika kamu ingin menyenangkan semua orang, pada akhirnya keledaimu tidak akan memiliki ekor sama sekali."
.
Apapun yang kita lakukan, akan ada saja yang tidak suka atau tidak setuju. Kita tidak akan mampu menyenangkan semua orang.
.
.
Semoga bermanfaat
Devira
16 Juni 2019