LOVE NOTE
Oleh : Devira Sari
Orang
Yunani Kuno melakukan studi tentang cinta dan membuat klasifikasi menjadi
delapan jenis cinta. Berikut ke delapan jenis cinta tersebut :
1. Agape
— Unconditional Love
Cinta
ini adalah yang paling tulus, bersifat altruistik dan tanpa syarat. Berisi
compassion dan empati, bebas dari hasrat, harapan, dan mencintai segala
kekurangan yang ada. Agape adalah penerimaan, pemaafan, dan percaya pada
kebaikan yang lebih besar. Menurut orang Yunani cinta jenis ini sangat radikal
karena hanya segelintir orang yang mampu memberikannya untuk jangka panjang.
Kadang
agape juga disebut sebagai cinta spiritual, dimana orang kristen percaya bahwa
Jesus menunjukkan cinta jenis ini kepada seluruh umatnya. Ia secara tulus
mengorbankan dirinya untuk menghapus dosa-dosa umatnya. Ia menderita demi
kebahagiaan orang banyak.
Sementara
orang Budha mendeskripsikan agape sebagai “metta” atau kebaikan cinta yang
universal.
2. Eros
— Romanic Love
Disebut
juga erotic love. Istilah Eros diambil dari nama Dewa cinta dan fertilitas di
Yunani. Eros adalah representasi hasrat dan nafsu seksual karena dihubungkan
dengan cinta romantis dan pemuasan fisik.
Orang
Yunani cukup takut dengan cinta jenis ini karena menurut mereka eros merupakan
impuls instingtual yang sangat kuat sehingga dapat membuat kehilangan kontrol.
3. Philia
— Affectionate Love
Orang
yunani mendefinisikan cinta jenis ini sebagai cinta afeksi atau jenis cinta
yang kita rasakan pada hubungan pertemanan. Disebut juga dengan platonic love –
cinta tanpa perilaku seksual. Sementara banyak orang yang menghubungkan kata
“cinta” dengan romansa, Plato selalu memberi argumen bahwa ketertarikan fisik
tidak penting bagi cinta. Sebab itu, mengapa ada banyak jenis cinta.
Orang
Yunani Kuno berpikir cinta philia lebih baik daripada cinta eros karena
merepresentasikan cinta antara orang-orang yang menganggap diri mereka setara.
Aristoteles
menyebut philia sebagai “dispassionate virtuous love” yaitu bebas dari
intensitas ketertarikan seksual. Hal ini sering melibatkan perasaan setia
terhadap teman, sahabat, tim, dan perasaan berkorban untuk kepentingan bersama.
4. Storge
— Familiar Love
Cinta
jenis ini terlihat dan terasa mirip seperti philia yang sama-sama tidak
mengandung ketertarikan fisik/seksual, namun cinta jenis ini lebih ke arah
cinta pada anggota keluarga seperti orang tua – anak, cinta antar saudara dll.
Dalam stroge terdapat ikatan emosional yang kuat, pertalian saudara dan
keakraban antar orang-orang yang terlibat. Cinta ini merupakan bentuk natural
dari afeksi antar manusia.
Meskipun
storge adalah bentuk yang kuat, namun kekuatan cinta ini juga dapat menjadi
hambatan pengembangan diri dan perjalanan spiritual. Yaitu ketika keluarga atau
saudara dekat kita tidak mendukung perjalanan hidup dan cita-cita kita.
5. Pragma
— Enduring Love
Orang-orang
Yunani mendefinisikan pragma sebagai cinta yang kekal. Berkebalikan dari eros
yang cenderung intens namun cepat hilang, pragma adalah cinta dewasa dan yang
tumbuh selama jangka waktu yang panjang. Inti dari cinta ini bukan lagi
kemenarikan fisik dan kepuasan seksual, melainkan toleransi dan harmoni.
Biasanya
cinta jenis ini terdapat pada pasangan yang sudah menikah lama sekali, atau yang
sudah bersama sejak usia remaja dan hingga kini masih berpegangan tangan
kemana-mana. Sayangnya, jenis cinta ini merupakan cinta yang jarang ditemukan
apalagi di jaman sekarang. Sekarang, orang-orang mudah melihat rumput tetangga
yang lebih hijau dan lebih mudah berpaling daripada mempertahankan. Mereka
kurang sabar atau memang tidak berminat menumbuhkan cinta pelan-pelan sepanjang
hidup mereka.
Pragma
sudah tidak lagi membutuhkan kerja keras, karena dalam perjalanan kebersamaan
mereka sudah sama-sama belajar untuk saling mengerti dan tahu bagaimana
berkompromi tanpa berdebat. Fokus utama mereka kini adalah sama-sama berusaha
untuk membahagiakan pasangannya.
6. Ludus
— Playful Love
Yaitu
perasaan tergila-gila pada awal-awal hubungan percintaan. Seperti kalimat yang
umum kita dengar “butterflies in your
stomach”, yaitu rasa gamang, berdebar-debar, rasa rindu dan ingin bersama
selalu dengan orang yang kita cintai.
Penelitian
menunjukkan bahwa ketika orang-orang mengalami ludus, otak mereka sama seperti
saat memakai cocaine. Artinya, otak mereka aktif dan ada perasaan gembira sama
seperti di bawah pengaruh obat terlarang.
Berbeda
denga eros, ludus lebih kepada cinta riang (playfull)
seperti cinta pada anak muda. Ludus adalah perasaan yang kita rasakan saat
tahap pertama jatuh cinta.
Biasanya
ludus akan hilang seiring berjalannya hubungan dan membuat percintaan menjadi
terlalu serius dan membosankan. Padahal dalam percintaan, playfulness penting
untuk menjaga agar hubungan tetap menarik, menyenangkan dan tetap awet.
7. Mania
— Obsessive Love
Mania
bukanlah cintanya yang baik. Ini adalah jenis cinta yang obsesif dapat membawa
seseorang pada kecemburuan, kemarahan, bahkan kegilaan.
Orang-orang
yang mengalami mania memiliki harga diri yang rendah menganggap cinta sebagai
sumber sense of value mereka. Mereka
takut kehilangan objek kecintaan mereka dan memaksa mereka melakukan suatu hal
gila hanya untuk memilikinya. Mereka dengan mania akan menjadi orang yang
sangat posesif. Mania yang tidak terkontrol akan menjadi sangat destruktif.
8. Philautia
— Self-love
Yang
terakhir, yang tidak kalah penting adalah self love – mencintai diri sendiri. Meski
jaman sekarang banyak orang mengasosiasikan self love dengan kecenderungan
narsistik, egois, atau terpaku pada diri sendiri, orang bukan seperti itu yang
dimaksud oleh orang Yunani Kuno saat membuat istilah ini.
Self
love bukanlah sesuatu yang negatif atau tidak sehat. Faktanya, penting untuk
kita bisa memberi cinta pada orang lain dan menerima cinta dari orang lain.
kita tidak bisa memberi orang lain apa yang tidak kita miliki. Dan jika kita
tidak mencintai diri sendiri, bagaimana kita bisa mencintai orang lain?
Cara
lain untuk melihat self love adalah dengan berpikir tentang self compassion.
Sama seperti anda mungkin menunjukkan afeksi dan cinta untuk orang lain, anda
pasti juga menunjukkan afeksi dan cinta yang sama untuk diri sendiri.
Orang-orang
Yunani mengerti bahwa agar dapat mencintai orang lain, kita mesti belajar
mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Self love ini bukalah kesombongan yang
tidak sehat dan obsesi terhadap diri sendiri yang fokusnya adalah ketenaran
personal, keuntungan dan keberuntungan seperti dalam kasus Narcissism. Philautia
adalah self love dalam bentuk yang paling sehat. Menurut filosofi Budha, self
compassion merupakan pemahaman mendalam bahwa sekali anda memiliki kekuatan
untuk mencintai diri sendiri dan merasa nyaman dengan diri sendiri, anda akan
dapat memberikan cinta untuk orang lain. seperti pernyataan Aristoteles :
“semua perasaan ramah pada orang lain merupakan perluasan dari perasaan
seseorang terhadap dirinya sendiri.”
Anda
tidak dapat membagi apa yang tidak anda miliki, anda tidak dapat memberikan
cinta yang tidak ada dalam diri anda. satu-satunya cara untuk menjadi
benar-benar bahagia adalah untuk menemukan cinta tanpa syarat untuk diri anda sendiri. sering kali belajar
untuk mencintai diri sendiri mengharuskan kita berdamai dengan kualitas diri
yang kita sebut sebagai “unloveable”.
Catatan
Devira
23.
12. 19
Next :
Pembahasan
mendalam tentang masing-masing jenis cinta.