MUNAFIK, 2016
Horor Syar'i
Film ini bergenre Horor
Syar'i produksi negara tetangga (Malaysia). Kenapa saya sebut Horor Syar'i?
Karena di dalamnya tidak ada adegan panas seperti pada film Horor pada umumnya.
Selain itu penyembuhan dilakukan dengan metode islami yang benar, bukan melalui
praktek perdukunan yang menyaru islami.
Bercerita tentang Adam,
seorang ustadz yang memiliki kemampuan menyembuhkan orang-orang yang diganggu
jin/iblis melalui Ruqyah. Sifatnya yang tenang dan tawadhu membuatnya disukai
banyak orang. Namun semua berubah setelah istrinya meninggal dunia akibat
kecelakaan yang disengaja seseorang. Semenjak itu ia berubah menjadi pemarah
dan pendendam.
Banyak pesan religi yang
dapat ditemukan di film ini. Satu hal yang menarik bagi saya adalah film ini
juga bercerita tentang pemaafan dan rasa bersalah. Bagaimana pengaruh tidak
memaafkan dan rasa bersalah terhadap keadaan psikologis seseorang. Ketika
seseorang tidak menerima keadaan yang terjadi maka hidupnya akan diliputi rasa
tidak tenang. Menciptakan keraguan dan rasa was was dalam hatinya. Melemahkan
imannya. Karena film ini memang ada unsur mistisnya, pada awalnya sulit
membedakan mana dampak ilmu sihir dan mana dampak psikologis. Dan memang
terkadang simptom psikologis mirip seperti gangguan jin, atau sebaliknya.
Seperti kasus histeria yang mirip seperti orang kerasukan. Namun satu persamaan
yang saya dapatkan adalah baik gangguan jin maupun gangguan psikologis lebih
mungkin menyerang kita saat kita dalam kondisi lemah iman.
Di endingnya film ini
memberikan suatu pemahaman yang menurut saya adalah inti dari film ini. Rasa
bersalah yang dibawa sampai sakratul maut dan bahwa memaafkan dimulai dari
menerima kenyataan. Maria (gadis yang menyebabkan kecelakaan keluarga Adam) yang hidupnya selalu was-was karena menyimpan rasa bersalah, akhirnya mengakui perbuatannya sesaat sebelum kematiannya. lalu, ternyata selama ini yang telah meninggal dalam kecelakaan itu bukan hanya istri Adam. Namun, Adam yang sangat berduka dan marah saat
menyaksikan istrinya meninggal dunia, menolak mengakui bahwa anak mereka juga
ikut meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
Konsep duka cita (grief)
telah sering kali dibahas pada berbagai literatur yang berhubungan dengan peristiwa
kehilangan dalam hidup. Menurut Santrock (2002) grief adalah suatu
kelumpuhan emosional, tidak percaya, kecemasan akan perpisahan, sedih, putus
asa, dan kesepian yang menyertai di saat seseorang kehilangan orang yang
dicintai. Hampir sama dengan Santrock, grief menurut Sanders
(1998) merupakan penderitaan emosional yang kuat dan mendalam, yang
dialami seseorang akibat peristiwa kehilangan seperti kematian orang yang
dicintai. Adam yang menyaksikan sendiri istri tercintanya meregang nyawa
tidak mampu membendung kesedihan saat itu. Perasaannya semakin intens ditambah
dengan rasa marah dan dendam karena kecelakaan yang menyebabkan kematian
istrinya adalah hal yang disengaja oleh seseorang yang tidak ia kenal.
Akibatnya, ia pun menjadi kesulitan menerima kenyataan bahwa ia juga telah
menyaksikan anak semata wayangnya meninggal dunia, yang ia temukan setelah
istrinya meninggal dunia. Kondisi ini disebut Sanders (1998) sebagai feeling
of unrealiy sebagai reaksi awal (shock) terhadap grief. Yaitu
kondisi dimana orang yang kehilangan orang yang dicintai tidak dapat menerima
kenyataan dan memilih percaya bahwa orang yang telah meninggal tersebut masih
hidup bersamanya.
Tidak ada obat jiwa yang paling mujarab selain ikhlas merima kekecewaan dengan hati yang ridho. Selama kita tidak memaafkan selama itu kita tidak mendapatkan ketenangan. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Sesungguhnya segala sesuatu berasal dari Allah, dan akan kembali kepada Allah (QS. Al-Baqarah : 156).
****000****
Mmm.. jadi teringat
dengan skripsi bertema Forgiveness yang saya buat beberapa
tahun silam. Buatnya pake baper, selesainya pake happy. Terus jadi teringat
tesis. Semoga happynya menyertai tesis juga, bapernya gak usah :”)
Filmnya bisa ditonton di sini :
film Munafik (2016)
atau
film Munafik2 (2016)
Semoga bermanfaat ^_^
Salam,
Devira






Tidak ada komentar:
Posting Komentar