Rabu, 28 Maret 2018

MANAJEMEN EMOSI BAGI PENYANDANG ASPERGER’S SYNDROME


Asperger’s Syndrome merupakan salah satu dari Autism Spectrum Disorders atau Pervasive Developmental Disorder (PDD). Sindrome ini pertama kali ditemukan oleh Hans Asperger, seorang psikiater dari Austria, pada tahun 1944. Penyandang Asperger’s Syndrome memiliki ciri-ciri yang hampir mirip dengan penyandang autisma, yaitu adanya masalah dalam interaksi sosial, dimana terdapat pola perilaku yang steriotipik, dan keterbatasan dalam aktivitas dan minat. Mereka memiliki minat yang rigid, social insensitivity, dan keterbatasan kemampuan untuk berempati terhadap orang lain. Namun, berbeda dengan autisma, pada Asperger tidak disertai keterlambatan perkembangan kognitif atau bahasa. Mereka mandiri, suka bersosialisasi, memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata, dan memiliki kreatifitas yang tinggi sehingga banyak di antara mereka mampu memberikan kontribusi yang besar dalam bidang-bidang seperti seni, matematika dan komputer. Mereka cenderung hebat di bidang yang hanya sedikit memerlukan interaksi sosial.

Di balik kehebatan tersebut, mereka menemukan banyak kesulitan dalam menjalani kehidupan sosial akibat keterbatasan yang mereka miliki. Penyandang asperger pada umumnya mempunyai tingkat stres dan kecemasan yang tinggi. Hal-hal yang terlihat sepele seperti perubahan rute perjalanan, sentuhan dari orang yang tidak dikenal atau perhatian publik dapat membuat mereka merasakan ledakan emosi yang membuat mereka kehilangan kendali diri. Hal ini terutama terjadi karena mereka sendiri tidak mengenali perasaan apa yang sedang mereka rasakan. Menurut Benjamin Giraldo, Ps., M.Ed., dari 3 penyandang Asperger’s Syndrome, 2 diantaranya memiliki masalah dalam anger management. Kesedihan dan kecemasan sering mereka ekspresikan dengan kemarahan. Oleh karenanya, sangat penting bagi mereka mengenali dan kemudian menemukan cara memanage emosi mereka.

Untuk mengenali emosi, dapat digunakan Termometer Emosi. Terdapat termometer yang berbeda untuk emosi yang berbeda pula, misalnya : termometer kemarahan, termometer kecemasan, termometer kebahagiaan. Gambar/foto dan kata-kata diletakan di poin tertentu pada termometer.





          Setelah emosi dikenali, maka akan mudah untuk menemukan cara yang tepat untuk me-manage emosi. Ada beberapa cara yang sering digunakan penyandang asperger ketika berhadapan dengan situasi yang emosional, meliputi : berkelahi, menyendiri untuk waktu yang sangat lama, memarahi orang lain, menyakiti diri sendiri, berlaku kasar, menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang. Cara-cara tersebut tentunya tidak efektif karena malah membuat kerusakan pada diri sendiri dan orang lain.

Tony Attwood, seorang Psikolog anak, dalam bukunya The Complete Guide to Asperger's Syndrome, mengembangkan cara efektif bagi penyandang Asperger untuk memperbaiki emosi yang sedang labil. Ia menyebutnya dengan Emotional Toolbox”.
1.   Physical Activity tools, merupakan cara cepat untuk melepaskan energi-energi emosi yang berlebihan. Caranya antara lain dengan berjalan kaki, berlari, lompat trampolin, bersepeda, memukul punchbag dan lain-lain. Cara ini efektif terutama untuk level stres tinggi.
2.   Relaxation tools. Cara ini secara perlahan melepaskan energy emosional, yaitu dengan mendengarkan musik, menyendiri, pijat, menonton acara komedi, atau tidur. Cara ini paling efektif untuk tingkat stres rendah.
3.  Social tools, misalnya dengan menulis, berpuisi, menghabiskan waktu dengan keluarga, menolong orang lain, bertemu orang dengan masalah yang sama, konselor atau orang yang dianggap memahami isu Sindrom Asperger.
4.   Solitude. Penyandang asperger merasakan kelelahan secara emosi dan mental saat bersosialisasi. Oleh karena itu, untuk satu jam waktu bersosialisasi, mereka membutuhkan satu jam waktu menyendiri.
5.   Thought and perspective, yaitu dengan mengganti pemikiran-pemikiran seperti “aku bodoh dan aneh” dengan pemikiran “aku berpikir dengan cara yang berbeda dengan orang lain”
6.  Special interests, yaitu dengan melakukan satu kegiatan yang disukai. Hal ini dilakukan untuk menjaga kecemasan tetap dibawah kendali, menghambat pikiran negatif, relaksasi dan penyaluran hobi. Namun, apabila cara ini digunakan sebagai satu-satunya cara mengurangi kecemasan, maka kegiatan ini dapat menjadi Obsessive Compulsive Disorder (OCD).
7.  Sensory tools. Penyandang asperger biasanya memiliki masalah sensory, karenanya sensory tools dapat digunakan untuk merelaksasi sensory mereka yang sensitif. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain, relaksasi suara (mendengarkan musik kesukaan), relaksasi cahaya (menggunakan sun glasses, pengaturan cahaya ruangan), relaksasi aroma (menggunakan pewangi ruangan, aroma terapi), relaksasi tactile (menggunakan pakaian dengan tekstur yang disukai)
8.   Medication. Obat-obatan untuk menekan kecemasan sebaiknya hanya digunakan apabila cara lain tidak berhasil dan hanya digunakan dalam jangka pendek.
                
       Selain itu, Atwood juga mengemukakan beberapa hal yang harus dihindari oleh orang tua atau orang-orang terdekat ketika si penyandang Asperger mengalami ledakan emosi, antara lain :
          Affection, misalnya memeluk, mencium
          Punishment, misalnya memarahi atau memukul
          Talking, misalnya mengajak ngobrol atau mendiskusikan keadaan emosinya
          Becoming emotional, yaitu dengan menunjukkan kecemasan berlebihan
       Hal-hal tersebut hanya akan memperparah kondisi emosional penyandang asperger dan membuat mereka bertambah labil. Cara terbaik adalah dengan memberikan mereka waktu menyendiri namun dengan tidak meninggalkan mereka sendirian.



Devira,
2011


******


       Saya pernah menjadi terapis anak berkebutuhan khusus, beberapa tahun yang lalu. Tulisan ini saya buat di sela-sela waktu luang saya saat itu. Ooh...I really enjoy my experience as therapist of special needs children. Salah satu pengalaman yang banyak membantu kehidupan saya sekarang. Dan saya bersyukur, saya puas dengan masa muda saya dimana saya belajar banyak hal dan puas mengeksplorasi diri. InsyaAllah untuk kehidupan ke depan tidak ada penyesalan karena tidak berani mencoba dan takut tersesat. Memang terkadang kita harus tersesat berkali-kali untuk mendapatkan jati diri kita yang sesungguhnya. Sekarang tinggal menjalani track yang benar. InsyaAllah sukses terus meningkat di masa depan dan seterusnya ^_^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar