Ingatkah kau, saat kita masihlah seonggok risau
yang sama-sama nyaris tenggelam dalam bayang-bayang
Ingatkah kau, dulu kita pernah berseteru dalam argumen
Saat itu kau bagaikan bintang yang tertutup awan hitam
lirih kau berkata padaku,
"kita tak seperti mereka, Vi.”
"kita tak seperti mereka, Vi.”
"Sementara mereka pelan-pelan tumbuh menjulang ke atas
kita harus berdamai dengan tanah dimana kita tumbuh
Sementara mereka terus sibuk merangkai mimpi demi mimpi baru
kita harus berkeringat untuk sekedar hidup dan berlari untuk
mengejar ketertinggalan kita
Kita harus mengetuk banyak pintu hingga menemukan orang yang
sudi memegang tangan kita dan menuntun kita maju."
“Kita berbeda.”
Tentu saja tidak ada manusia yang sama
Dan memahami bukan lah hal yang mudah,
bahkan bagi orang yang mendedikasikan dirinya untuk itu
Wajar saja kalau mereka tidak mengerti
Kita dan mereka memang berbeda
Tapi inilah hidup kita, pemberian dari Yang Memiliki
Kehidupan
Justru karena kita pernah nyaris tenggelam dalam
bayang-bayang kita jadi lebih berhati-hati dalam menjalani hidup
Karena kita memerlukan waktu lama untuk berdamai dengan
tanah di mana kita tumbuh, kita jadi lebih sadar diri dan memahami siapa kita
sebenarnya
Karena kita harus berkeringat untuk sekedar hidup dan
berlari untuk mengejar ketertinggalan, kita menjadi terbiasa berusaha dan
bergerak lebih cepat
dan hasil dari itu, kita jadi lebih mampu melakukan yang
mungkin tidak mampu mereka lakukan : berempati dan menghargai, mengucap maaf
dan terima kasih
Jadi, apa lagi yang perlu
dikhawatirkan tentang itu?
DEVIRA
Jatinangor, Agustus 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar