Senin, 23 Desember 2019

8 TIPE CINTA ALA ORANG YUNANI KUNO


LOVE NOTE
Oleh : Devira Sari


Orang Yunani Kuno melakukan studi tentang cinta dan membuat klasifikasi menjadi delapan jenis cinta. Berikut ke delapan jenis cinta tersebut :
1.      Agape — Unconditional Love
Cinta ini adalah yang paling tulus, bersifat altruistik dan tanpa syarat. Berisi compassion dan empati, bebas dari hasrat, harapan, dan mencintai segala kekurangan yang ada. Agape adalah penerimaan, pemaafan, dan percaya pada kebaikan yang lebih besar. Menurut orang Yunani cinta jenis ini sangat radikal karena hanya segelintir orang yang mampu memberikannya untuk jangka panjang.
Kadang agape juga disebut sebagai cinta spiritual, dimana orang kristen percaya bahwa Jesus menunjukkan cinta jenis ini kepada seluruh umatnya. Ia secara tulus mengorbankan dirinya untuk menghapus dosa-dosa umatnya. Ia menderita demi kebahagiaan orang banyak.
Sementara orang Budha mendeskripsikan agape sebagai “metta” atau kebaikan cinta yang universal.
2.      Eros — Romanic Love
Disebut juga erotic love. Istilah Eros diambil dari nama Dewa cinta dan fertilitas di Yunani. Eros adalah representasi hasrat dan nafsu seksual karena dihubungkan dengan cinta romantis dan pemuasan fisik.
Orang Yunani cukup takut dengan cinta jenis ini karena menurut mereka eros merupakan impuls instingtual yang sangat kuat sehingga dapat membuat kehilangan kontrol.
3.      Philia — Affectionate Love
Orang yunani mendefinisikan cinta jenis ini sebagai cinta afeksi atau jenis cinta yang kita rasakan pada hubungan pertemanan. Disebut juga dengan platonic love – cinta tanpa perilaku seksual. Sementara banyak orang yang menghubungkan kata “cinta” dengan romansa, Plato selalu memberi argumen bahwa ketertarikan fisik tidak penting bagi cinta. Sebab itu, mengapa ada banyak jenis cinta.
Orang Yunani Kuno berpikir cinta philia lebih baik daripada cinta eros karena merepresentasikan cinta antara orang-orang yang menganggap diri mereka setara.
Aristoteles menyebut philia sebagai “dispassionate virtuous love” yaitu bebas dari intensitas ketertarikan seksual. Hal ini sering melibatkan perasaan setia terhadap teman, sahabat, tim, dan perasaan berkorban untuk kepentingan bersama.
4.      Storge — Familiar Love
Cinta jenis ini terlihat dan terasa mirip seperti philia yang sama-sama tidak mengandung ketertarikan fisik/seksual, namun cinta jenis ini lebih ke arah cinta pada anggota keluarga seperti orang tua – anak, cinta antar saudara dll. Dalam stroge terdapat ikatan emosional yang kuat, pertalian saudara dan keakraban antar orang-orang yang terlibat. Cinta ini merupakan bentuk natural dari afeksi antar manusia.
Meskipun storge adalah bentuk yang kuat, namun kekuatan cinta ini juga dapat menjadi hambatan pengembangan diri dan perjalanan spiritual. Yaitu ketika keluarga atau saudara dekat kita tidak mendukung perjalanan hidup dan cita-cita kita.
5.      Pragma — Enduring Love
Orang-orang Yunani mendefinisikan pragma sebagai cinta yang kekal. Berkebalikan dari eros yang cenderung intens namun cepat hilang, pragma adalah cinta dewasa dan yang tumbuh selama jangka waktu yang panjang. Inti dari cinta ini bukan lagi kemenarikan fisik dan kepuasan seksual, melainkan toleransi dan harmoni.
Biasanya cinta jenis ini terdapat pada pasangan yang sudah menikah lama sekali, atau yang sudah bersama sejak usia remaja dan hingga kini masih berpegangan tangan kemana-mana. Sayangnya, jenis cinta ini merupakan cinta yang jarang ditemukan apalagi di jaman sekarang. Sekarang, orang-orang mudah melihat rumput tetangga yang lebih hijau dan lebih mudah berpaling daripada mempertahankan. Mereka kurang sabar atau memang tidak berminat menumbuhkan cinta pelan-pelan sepanjang hidup mereka.
Pragma sudah tidak lagi membutuhkan kerja keras, karena dalam perjalanan kebersamaan mereka sudah sama-sama belajar untuk saling mengerti dan tahu bagaimana berkompromi tanpa berdebat. Fokus utama mereka kini adalah sama-sama berusaha untuk membahagiakan pasangannya.
6.      Ludus — Playful Love
Yaitu perasaan tergila-gila pada awal-awal hubungan percintaan. Seperti kalimat yang umum kita dengar “butterflies in your stomach”, yaitu rasa gamang, berdebar-debar, rasa rindu dan ingin bersama selalu dengan orang yang kita cintai.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika orang-orang mengalami ludus, otak mereka sama seperti saat memakai cocaine. Artinya, otak mereka aktif dan ada perasaan gembira sama seperti di bawah pengaruh obat terlarang.
Berbeda denga eros, ludus lebih kepada cinta riang (playfull) seperti cinta pada anak muda. Ludus adalah perasaan yang kita rasakan saat tahap pertama jatuh cinta.
Biasanya ludus akan hilang seiring berjalannya hubungan dan membuat percintaan menjadi terlalu serius dan membosankan. Padahal dalam percintaan, playfulness penting untuk menjaga agar hubungan tetap menarik, menyenangkan dan tetap awet.
7.      Mania — Obsessive Love
Mania bukanlah cintanya yang baik. Ini adalah jenis cinta yang obsesif dapat membawa seseorang pada kecemburuan, kemarahan, bahkan kegilaan.
Orang-orang yang mengalami mania memiliki harga diri yang rendah menganggap cinta sebagai sumber sense of value mereka. Mereka takut kehilangan objek kecintaan mereka dan memaksa mereka melakukan suatu hal gila hanya untuk memilikinya. Mereka dengan mania akan menjadi orang yang sangat posesif. Mania yang tidak terkontrol akan menjadi sangat destruktif.
8.      Philautia — Self-love
Yang terakhir, yang tidak kalah penting adalah self love – mencintai diri sendiri. Meski jaman sekarang banyak orang mengasosiasikan self love dengan kecenderungan narsistik, egois, atau terpaku pada diri sendiri, orang bukan seperti itu yang dimaksud oleh orang Yunani Kuno saat membuat istilah ini.
Self love bukanlah sesuatu yang negatif atau tidak sehat. Faktanya, penting untuk kita bisa memberi cinta pada orang lain dan menerima cinta dari orang lain. kita tidak bisa memberi orang lain apa yang tidak kita miliki. Dan jika kita tidak mencintai diri sendiri, bagaimana kita bisa mencintai orang lain?
Cara lain untuk melihat self love adalah dengan berpikir tentang self compassion. Sama seperti anda mungkin menunjukkan afeksi dan cinta untuk orang lain, anda pasti juga menunjukkan afeksi dan cinta yang sama untuk diri sendiri.
Orang-orang Yunani mengerti bahwa agar dapat mencintai orang lain, kita mesti belajar mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Self love ini bukalah kesombongan yang tidak sehat dan obsesi terhadap diri sendiri yang fokusnya adalah ketenaran personal, keuntungan dan keberuntungan seperti dalam kasus Narcissism. Philautia adalah self love dalam bentuk yang paling sehat. Menurut filosofi Budha, self compassion merupakan pemahaman mendalam bahwa sekali anda memiliki kekuatan untuk mencintai diri sendiri dan merasa nyaman dengan diri sendiri, anda akan dapat memberikan cinta untuk orang lain. seperti pernyataan Aristoteles : “semua perasaan ramah pada orang lain merupakan perluasan dari perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri.”
Anda tidak dapat membagi apa yang tidak anda miliki, anda tidak dapat memberikan cinta yang tidak ada dalam diri anda. satu-satunya cara untuk menjadi benar-benar bahagia adalah untuk menemukan cinta tanpa syarat  untuk diri anda sendiri. sering kali belajar untuk mencintai diri sendiri mengharuskan kita berdamai dengan kualitas diri yang kita sebut sebagai “unloveable”.

Catatan Devira
23. 12. 19

Next :
Pembahasan mendalam tentang masing-masing jenis cinta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar