ABK NOTE
oleh : Devira Sari
Meningkatnya jumlah
anak-anak dengan kasus tumbuh kembang di
Indonesia khususnya di Sumatera Utara – ini diketahui dengan banyaknya
anak-anak yang mengikuti terapi di YaKiTa School
yang ternyata berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara (Medan, Brastagi,
Kabanjahe, Rantau Prapat, P. Sidempuan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi) tanpa
memandang Etnis, Agama, Status Sosial dan Latar belakang keluarga – merupakan suatu issue Nasional yang sering dibahas dalam dunia kesehatan dan pendidikan anak.
Brain injured adalah suatu keadaan dimana otak mengalami cedera yang
disebabkan oleh adanya masalah pada saat sebelum, selama atau setelah proses
kelahiran dan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Ada banyak label
yang diberikan untuk brain injured
tergantung gejala yang ditimbulkannya, antara lain AUTISM, ATTENTION DEFICIT
HYPERACTIVE DISORDER (ADHD), ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD), DOWN SYNDROME,
CEREBRAL PALSY, ASPERGER, DYSLEXIA, DYSPRAXIA, dan lain sebagainya.
Penyebab brain injured selalu jadi pertanyaan
dari masa ke masa. Saat ini diyakini bahwa brain
injured terjadi karena adanya gangguan pada saat sebelum, selama atau
setelah proses kelahiran. Gangguan saat sebelum kelahiran atau masa kehamilan
terjadi apabila si ibu keracunan logam berat seperti merkuri, terkena infeksi
virus Herper, jamur, mengkonsumsi obat-obatan keras sehingga pertumbuhan otak
janin terganggu. Gangguan selama proses melahirkan terjadi bila anak mengalami
kekurangan oksigen berat (Hypoxia).
Sedangkan gangguan selama masa kanak-kanak atau setelah kelahiran terjadi
karena adanya infeksi virus, jamur atau bakteri terutama di dalam usus sehingga
anak mengalami regresi perkembangan dan menunjukkan gejala brain injured.
Dampak brain injured bermacam-macam. Pada kasus
autisme misalnya, anak mengalami gangguan dalam komunikasi verbal dan
nonverbal, masalah emosi dan perilaku, masalah interaksi sosial dan gangguan
persepsi sensoris. Pada kasus cerebral
palsy, anak mengalami hambatan perkembangan motorik, refleks yang menetap,
masalah pendengaran, penglihatan dan kemampuan berpikir. Lain lagi pada kasus ADHD
dimana anak menunjukkan kesulitan dalam memusatkan perhatian disertai rasa
resah dan gelisah, sulit duduk diam, tidak sabar menunggu giliran dan terlihat
ceroboh. Pada umumnya anak-anak dengan kasus brain injured memiliki umur mental jauh di bawah umur
kronologisnya.
Semua gejala ini
tentunya akan mengganggu / menghambat terpenuhinya tugas-tugas perkembangan
yang seharusnya dilalui setiap manusia. Dampaknya di masa depan meliputi
masalah sosial, edukasional dan okupasional. Oleh karena itu dibutuhkan
penanganan sejak dini yang tepat. Ada macam-macam terapi yang biasa dilakukan
untuk menangani brain injured seperti
terapi sensori, terapi perilaku, terapi wicara dan fisioterapi. Apapun terapi
yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan anak dan yang paling
utama adalah mengatasi penyebabnya, bukan sekedar mengatasi gejalanya saja.
DEVIRA – Nov 2010
(Tulisan lama, tahun 2010 saat saya bekerja sebagai terapis anak berkebutuhan khusus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar