Sabtu, 14 Desember 2019

PENANGANAN UNTUK ANAK-ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

ABK NOTE
oleh : Devira Sari

Meningkatnya jumlah anak-anak dengan kasus tumbuh kembang di Indonesia khususnya di Sumatera Utara – ini diketahui dengan banyaknya anak-anak yang mengikuti terapi di YaKiTa School yang ternyata berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara (Medan, Brastagi, Kabanjahe, Rantau Prapat, P. Sidempuan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi) tanpa memandang Etnis, Agama, Status Sosial dan Latar belakang keluarga – merupakan suatu issue Nasional yang sering dibahas dalam dunia kesehatan dan pendidikan anak.

Brain injured adalah suatu keadaan dimana otak mengalami cedera yang disebabkan oleh adanya masalah pada saat sebelum, selama atau setelah proses kelahiran dan berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Ada banyak label yang diberikan untuk brain injured tergantung gejala yang ditimbulkannya, antara lain AUTISM, ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVE DISORDER (ADHD), ATTENTION DEFICIT DISORDER (ADD), DOWN SYNDROME, CEREBRAL PALSY, ASPERGER, DYSLEXIA, DYSPRAXIA, dan lain sebagainya.

Penyebab brain injured selalu jadi pertanyaan dari masa ke masa. Saat ini diyakini bahwa brain injured terjadi karena adanya gangguan pada saat sebelum, selama atau setelah proses kelahiran. Gangguan saat sebelum kelahiran atau masa kehamilan terjadi apabila si ibu keracunan logam berat seperti merkuri, terkena infeksi virus Herper, jamur, mengkonsumsi obat-obatan keras sehingga pertumbuhan otak janin terganggu. Gangguan selama proses melahirkan terjadi bila anak mengalami kekurangan oksigen berat (Hypoxia). Sedangkan gangguan selama masa kanak-kanak atau setelah kelahiran terjadi karena adanya infeksi virus, jamur atau bakteri terutama di dalam usus sehingga anak mengalami regresi perkembangan dan menunjukkan gejala brain injured.

Dampak brain injured bermacam-macam. Pada kasus autisme misalnya, anak mengalami gangguan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, masalah emosi dan perilaku, masalah interaksi sosial dan gangguan persepsi sensoris. Pada kasus cerebral palsy, anak mengalami hambatan perkembangan motorik, refleks yang menetap, masalah pendengaran, penglihatan dan kemampuan berpikir. Lain lagi pada kasus ADHD dimana anak menunjukkan kesulitan dalam memusatkan perhatian disertai rasa resah dan gelisah, sulit duduk diam, tidak sabar menunggu giliran dan terlihat ceroboh. Pada umumnya anak-anak dengan kasus brain injured memiliki umur mental jauh di bawah umur kronologisnya.

Semua gejala ini tentunya akan mengganggu / menghambat terpenuhinya tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dilalui setiap manusia. Dampaknya di masa depan meliputi masalah sosial, edukasional dan okupasional. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan sejak dini yang tepat. Ada macam-macam terapi yang biasa dilakukan untuk menangani brain injured seperti terapi sensori, terapi perilaku, terapi wicara dan fisioterapi. Apapun terapi yang digunakan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan anak dan yang paling utama adalah mengatasi penyebabnya, bukan sekedar mengatasi gejalanya saja.


DEVIRA – Nov 2010


(Tulisan lama, tahun 2010 saat saya bekerja sebagai terapis anak berkebutuhan khusus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar